Senin, 02 November 2015

MAKALAH KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI “NEGOSIASI”



BAB I
PENDAHULUAN
2.1  LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia merupakan mahluk sosial yang dimana tidak lepas dari hubungan dan bantuan antar manusia lainnya, manusia pada dasarnya tidak dapat hidup sendiri. manusia terikat suatu hubungan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Sifat dasar manusia ini membuat manusia harus melakukan interaksi dengan manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Untuk  memenuhi kebutuhannya, manusia dalam kehidupan sehari hari secara sadar atau tidak sadar kerap kali melakukan pembicaraan berupa tawaran-tawaran untuk mencapai kesepakatan dan pada akhirnya akan memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
Ketika kita sedang berbelanja atau membeli sesuatu di pasar makan kita akan terlibat suatu proses tawar menawar harga barang yang akan kita beli dalam hal ini berarti kita sedang melakukan suatu praktik negosiasi. Ketika kita meminta handphone jenis terbaru kepada orang tua, orangtua kita berjanji akan membelikan handphone yng bagus namun bukan yang kita minta, dalam hal ini orangtua kita juga melakukan negosiasi. Ketika sedang terlibat konflik kita juga menggunakan negosiasi untuk mencari jalan tengah yang dimana akan membuat sebuah kesepakatan perdamaian.
Proses tawar-menawar untuk mencapai kesepakatan ini disebut negosiasi. Kita tidak bisa lepas dari proses negosiasi dalam kehidupan kita saat ini, negosiasi juga merupakan salah satu hal yang penting untuk menghindari konflik, karena dengan menggunakan negosiasi maka kita dapat menghindari terjadinya konflik baik dalam kelompok, keluarga dan masyarakat.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang pengertian negosiasi, strategi negosiasi beserta tahapan-tahapan dalam negosiasi secara lebih mendalam.

2.2  RUMUSAN MASALAH
1.     Apa yang dimaksud dengan negosiasi?
2.     Apa yang menjadi manfaat dari negosiasi?
3.     Apa saja yang menjadi tahapan dalam melakukan negosiasi?
4.     Apa saja strategi dalam melakukan negosiasi?
5.     Bias kognitif dalam melakukan negosiasi?















BAB II
PEMBAHASAN
2.1  PENGERTIAN NEGOSIASI
Secara umum kata negosiasi berasal dari kata to negotiate, to be negotiating dalam Bahasa Inggris yang berarti “merundingkan, membicarakan, atau menawar”. Negotiation yang berarti menunjukkan suatu proses atau aktivitas untuk merundingkan, membicarakan sesuatu hal untuk disepakati dengan orang lain. Negosiasi merupakan perundingan antara dua pihak dimana didalamnya terdapat suatu proses memberi, menerima dan tawar menawar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Negosiasi memiliki dua arti, yaitu:
1.     Proses tawar menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna mencapai kesepakatan antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) yang lain.
2.     Penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihak-pihak yang bersangkutan. Secara ringkas dapat dirumuskan, bahwa negosiasi adalah suatu proses perundingan antara para pihak yang berselisih atau berbeda pendapat tentang sesuatu permasalahan.

Menurut Hartman negosiasi merupakan suatu proses komunikasi antara dua pihak, yang masing-masing mempunyai tujuan dan sudut pandang mereka sendiri, yang berusaha mencapai kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak mengenai masalah yang sama.
Dalam buku Mc Graw disebutkan bahwa negosiasi adalah metode untuk menyelesaikan konflik yang terjadi diantara orang-orang.
2.2  MANFAAT NEGOSIASI
Manfaat negosiasi antara lain:
·       Untuk mendapatkan atau mencapai kata sepakat yang mengandung kesamaan persepsi, saling pengertian dan persetujuan.
·       Untuk mendapatkan atau mencapai kondisi penyelesaikan atau jalan keluar dari masalah yang dihadapi bersama.
·       Untuk mendapatkan atau mencapai kondisi yang saling menguntungkan dimana masing-masing pihak merasa senang.

2.3  TAHAPAN- TAHAPAN NEGOSIASI.
Menurut Casse, ada tiga tahapan penting dalam bernegosiasi, yaitu tahap perencanaan (sebelum negosiasi), tahap implementasi (selama negosiasi), dan tahap peninjauan (setelah negosiasi).

1.     Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan negosiasi membutuhkan dua komponen yaitu: merencanakan sasaran negosiasi dan memperjelas proses bernegosiasi.
Komponen pertama adalah sasaran negosiasi yang dimana apa hasil yang diharapkan dalam bernegosiasi. Hal ini merupakan salah satu alasan utama mengapa seseorang bernegosiasi. Penentuan sasaran atau target dalam bernegosiasi sangat penting sebagai arahan atau petunjuk dalam bernegosiasi.
Komponen kedua adalah proses negosiasi sebelum mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, perlu diketahui bahwa dalam setiap negosiasi sangat diperlukan yang namanya proses negosiasi yang melibatkan kedua belah pihak. Proses negosiasi merupakan suatu proses tawar menawar yang diharapkan mampu menghasilkan suatu kesepakatan di kedua belah pihak yang saling menguntungkan.
2.     Tahap Implementasi
Tahap implementasi merupakan tahapan penerapan atau tindakan yang diperlukan agar mencapai sukses dalam bernegosiasi.
.
3.    Tahap Peninjauan Negosiasi
Tahap ini merupakan tahapan setelah berlangsungnya suatu proses negosiasi. Tahapan ini memiliki arti yang sangat penting bagi seorang negosiator dalam meninjau kembali apa yang sudah dilakukannya selama bernegosiasi.

2.4   STRATEGI DAN TAKTIK NEGOSIASI

2.4.1  Strategi Negosiasi
Strategi negosiasi yang merupakan cara atau teknik untuk mencapai tujuan bernegosiasi. Untuk mencapai kesepakatan kedua belah pihak memang diperlukan strategi yang tepat. Ada beberapa strategi negosiasi yang dapat digunakan dalam bernegosiasi, yaitu:
·   Strategi Kooperatif
1.     Sasarannya mencapai kesepakatan kedua belah pihak.
2.     Memakai semboyan win-win solution (saling menguntungkan)
3.     Mempercayai pihak lawan.
4.     Melakukan kompromi jika diperlukan dan timbal balik.
5.     Menciptakan landasan dan kepentingan bersama.

·     Strategi Kompetitif
1.     Sasaran strategi ini adalah mengalahkan lawan.
2.     Tidak mempercayai lawan dan siap bertarung.
3.     Tidak memberikan apa-apa dan menghabiskan semuanya.

·     Strategi Analitis
1.    Mempunyai filosofi bahwa seorang negosiator adalah pemecah masalah
(problem solver), bukan seorang petarung.
2.    Memandang negosiasi sebagai bentuk latihan dalam memecahkan masalah, dan bukannya sebagai permainan.
3.    Berusaha kreatif dan bersama-sama mencari alternatif solusinya.
4.    Membuat alasan yang rasional dan bukan atas dasar perasaan.

2.4.2        Taktik Negosiasi
ASUMSI
Sebelum benar-benar masuk ke dalam negosiasi, kita harus terlebih dahulu memeriksa asumsi kita. Berikut adalah beberapa asumsi sering direkomendasikan oleh negosiator berpengalaman.
·       Kedua Belah Pihak Memiliki Beberapa Kebutuhan yang Harus Dipenuhi.
 Jika Anda menjual mobil, maka pembeli jelas memiliki beberapa kebutuhan untuk transportasi. Dia juga memiliki kebutuhan finansial, keterbatasan waktu, kebutuhan psikologis, dan sebagainya. Semakin kita mampu mengenali kebutuhan pihak lain, semakin besar kemungkinan kita untuk menjadi sukses dalam negosiasi.
·       Kedua Belah Pihak Harus Menghindari Filosofi Menang-Kalah.
Terkadang mungkin tampak bahwa negosiasi adalah pengalaman satu-shot. Ini dapat membawa kita untuk menyimpulkan bahwa kita tidak perlu khawatir tentang etika yang terlibat. Namun, banyak diantara kita berpapasan dengan orang yang sama lagi, sehingga reputasi jangka panjang sangat penting. Orang memiliki ingatan yang panjang. Jika kita memperlakukan mereka dengan baik, mereka cenderung ingin membalas Budi pada suatu saat dimasa mendatang. Hal ini terutama berlaku dalam hubungan seperti berlangsung keluarga, dengan teman, seorang di tempat kerja, negosiator berpengalaman bekerja keras untuk memiliki pihak lain merasa baik tentang hasil negosiasi itu.
·       Banyak Masalah Yang (Berpotensi) Dinegosiasikan.
Ketika kita melihat kontrak formal seperti bentuk cetakan, kekuatan otoritas membuat kita merasa bahwa kita tidak memiliki keleluasaan untuk mengubah salah satu syarat dalam kontrak itu. ini mungkin asumsi yang salah (cohen, 1980).
Salah satu masalah yang paling fleksibel atau dinegosiasikan adalah tenggang waktu. misalnya, seseorang mungkin akan meminta Anda untuk menyelesaikan tugas dengan tenggang waktu tertentu. Anda mungkin ingin mencoba negosiasi batas waktu bahwa ketika Anda mulai mendapatkan lebih banyak pengalaman sebagai seorang negosiator.     
·       Makna Dan Standar Tidak Selalu Sama.
Kita melihat bahwa ada banyak potensi kesalahpahaman yang berbasis di penggunaan bahasa. Dalam negosiasi, sangat penting untuk diingat bahwa ada potensi besar untuk mengasumsikan bahwa kita menggunakan makna dengan cara yang sama padahal sebenarnya kita tidak.
2.5  PRINSIP NEGOSIASI
Seperti yang akan kita lihat, negosiasi berprinsip memiliki empat aturan dasar praktis, yakni:
1.     Pisahkan Permasalahan Dari Orang Atau Kelompok.
Fisher, (1991): dalam negosiasi diterapkan (menjadi) keras pada masalah, (tapi) lembut pada orang-orang. Jika pihak lain berperilaku emosional, biasanya tidak baik dalam melakukan negosiasi.
2.     Fokus Pada Kepentingan, Bukan Posisi
Pendekatan dalam masalah  ini difokuskan pada kepentingan bersama dan bukan pada posisi tertentu. Negosiator  yang  fokus pada posisi karena mereka mungkin tidak menyadari pendekatan alternatif.
Jika Anda mencoba untuk memutuskan di mana untuk bertemu, Anda mungkin berkata, "tempat saya atau Anda?" ini adalah cara yang sangat umum untuk memutuskan sesuatu. Namun, tidak selalu cara terbaik ketika partai-partai atau kelompok tertentu  memiliki waktu untuk  menyetujui. (Fokus pada posisi)
Mungkin alternatif yang lebih baik akan bertanya, "di mana Anda akan merasa nyaman pertemuan?" (Fokus pada kepentingan)
3.     Menemukan Berbagai Pilihan Untuk Keuntungan Bersama
Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dapat menjadi proses yang kompleks. Salah satu kesalahan yang paling umum adalah untuk melompat langsung ke fase solusi tanpa hati-hati melihat definisi masalah, gejala dari masalah, akar penyebab gejala tersebut, dan kriteria untuk sebuah solusi yang efektif.  Untuk mencapai sebuah negosiasi yang baik haruslah disedikan beberapa pilihan alterlnatif untuk mencapai keuntungan satu sama lain, tidak ada yang merasa dirugikan.
4.     Menggunakan Kriteria Objektif
Ketika Anda berencana untuk membeli kami menjual mobil bekas, Anda dapat menggunakan apa yang disebut buku biru yang berisi daftar nilai-nilai semua merek dan model mobil masing-masing model tahun. Anda berbicara berdasarkan data dan fakta sehingga menyakinkan orang yang ingin membeli mobil tersebut agar jadi membeli mobil yang anda tawarkan. Ini semua contoh menggunakan kriteria objektif yang menjadi dasar negosiasi Anda.
2.6     NEGOSIATOR YANG BAIK
Agar seorang negoisator sanggup menjadi seorang negoisasi yang baik dibutuhkan pula ketrampilan dan wawasan yang luas berikut kami sajikan beberapa sikap agar menjadi seorang negoisasi yang baik:

·       Pantang Menyerah
·       Komunikatif
·       Cerdas dan Berwawasan. 
·       Selera Humor
·       Perhatian
·       Sabar.
·       Jujur.
·       Inisiatif dan Kreatifitas
·       Sensitif atau Peka

2.7  BIAS KOGNITIF DALAM NEGOSIASI
Terdapat 12  bias kognitif dalam negosiasi dan cara mengatasinya
1.     Eskalasi Komitmen yang Irrasional
Tindakan yang diambil negosiator yang sudah tidak mempedulikan apa yang perlu dievaluasi, karena tindakan yang sama terus dilakukan  tanpa melihat bagaimana hasil yang telah dicapai, sehingga hasilnya tidak optimal bahkan sia-sia. Hal ini dapat diatasi dengan adanya penasihat yang dapat memberikan pencerahan bahwa tindakan tersebut sudah tidak lagi optimal dan hanya membuang sumber daya.

2.     Keyakinan pada Harga Mati (Rigid)
Menganggap bahwa hasil yang dicapai dalam negosiasi tidak sesuai yang diharapkan atau kebuntuan, sehingga tidak melakukan tindakan lain dengan asumsi bahwa tindakannya akan sia-sia. Dapat diatasi dengan memberikan dukungan terhadap negosiator dengan mencari  tindakan alternatif yang diyakini akan berhasil.

3.     Pengarahan dan Penyesuaian,
Merupakan penilaian atas input yang diterima negosiator tersebut bertolak belakang dengan kepentingan awalnya, sehingga cenderung untuk mengambil tindakan penyesuaian yang berlawanan/ skeptis, atau mempertimbangkan kembali tindakan apa yang perlu diambil, persiapan dengan bantuan advokat berlawanan atau pemeriksaan realitas diharapkandapat mencegah bias tersebut.

4.     Pembingkaian Isu dan Resiko,
Dalam menggunakan perspektif saat proses negosiasi, maka akan ada kemungkinan yang menyebabkan negosiator harus menghindari tindakan tertentu sehinggga terkesan “cari aman”/ tidak mengambil resiko, dihindari dengan kepekaan terhadap bias, pemahaman informasi dan analisa menyeluruh sehingga  diterima bahwa resiko itu pasti dan pencapaian lebih tinggi dapat dicapai.

5.     Ketersediaan Informasi,
bahwa informasi yang disampaikan dalam proses negosiasi harus dapat dengan mudah didapatkan/ diterima oleh negosiator lawan sehingga juga memudahan dalam evaluasi selanjutnya. Maka dengan cara penyampaian yang menarik dan atraktif dinilai akan mempermudah penerimaan serta membuatnya mudah diingat.

6.     Kutukan Pemenang,
Ketidakpuasan yang muncul atas kemudahan terhadap keberhasilan selama proses negosiasi, sehingga menganggap apakah memang dalam negosiasi terlalu banyak power/ resource yang dikeluarkan terhadap negosiator lawan, atau seharusnya ada kesepakatan yang senderung lebih baik dan menguntungkan. Untuk mengatasinya,persiapan menyeluruh dan investigasi terhadap isu hingga opsi alternatif/ keuntungan yang lain dalam negosiasi yang dinilai cenderung lebih baik.

7.     Kepercayaan Diri Berlebih,
memiliki segi positif yaitu menguatkan persepsi negosiator status/ posisi yang dimiliki, tetapi dampak negatifnya adalah menganggap terlalu mudah proses negosiasi tersebut dilakukan dan dengan hasil yang optimal, sehingga negosiator memiliki kecenderungan untuk lengah dan hasil yang didapatkan  justru sebaliknya. Maka sebaiknya, proporsionalitas atas percaya diri, kemampuan, persiapan, dan analisa terhadap power/ resource perlu dijaga.

8.     Hukum Angka Kecil,
dalam melakukan tindakan dan mengambil keputusan hanya berasal dari pertimbangan yang terlalu sedikit, atau kurangnya aspek/faktor lain yang perlu diperhatikan serta sampel/hasil data yang sedikit. Sehingga mengakibatkan ketidakakuratan tindakan/keputusan tersebut. Maka hendaknya mengambil banyak faktor yang perlu diperhatikan serta analisa yang mendalam supaya hasilnya akurat dalam berbagai kondisi.

9.     Bias Pelayanan Diri,
pemberian atribut terhadap tindakan negosiator tertentu yang berlatarbelakan atas faktor internal yang dialami oleh negosiator tersebut, sehingga kurang memperhatikan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi tindakan/sikap yang muncul. Hendaknya sebagaimana sebelumnya, memperhatikan apa yang ada dari segala aspek sehingga dapat dianalisa secara dalam dan didapatkan apa yang benar dan merupakan penyebabnya.

10.  Pengaruh Dukungan,
dengan adanya dukungan akan meningkatkan keyakinan/optimis terhadap hasil negosiasi, sehingga akan berakibat seperti poin kepercayaan diri berlebih diatas, dan mengganggu pencapaian kesepakatan yang paling baik. Maka dukungan tersebut harusnya disikapi sebagai motivasi eksternal seorang negosiator dalam mewujudkan kepentingan, bukan hanya resource yang tersedia.

11.  Mengabaikan Kognisi Pihak Lain,
yaitu dengan sikap negosiator yang kurang/ tidak memperhatikan pemikiran dan persepsi pihak lai, sehingga persepsi dirinya terhadap pihak lain akan tidak harmonis sehingga terjadi kesalahan penafsiran apa sikap/ tindakan yang hendak diambil oleh negosiator lawannya. Maka seorang negosiator hendaknya berusaha untuk memahami secara akurat latar belakang baik itu minat, target maupun perspektif negosiator lawannya.

12.  Proses Devaluasi Reaktif
penggunaan dasar emosionalitas dan ketidakpercayaan terhadap pihak lain serta cenderung subjektif. Sehingga akan menilai rendah dan mendevaluasi konsesi pihak lawan. Maka, seorang negosiator hendaknya menjunjung tinggi objektivitas proses negosiasi dan menghindari penggunaan dasar emosi maupun prasangka yang buruk.














BAB III
KESIMPULAN

Negosiasi adalah suatu proses dimana terjadi tawar menawar antara dua orang atau lebih untuk mencapai sebuah kesepakatan bersama dan untuk menghindari konflik, yang menguntungkan kedua belah pihak (tidak ada yang merasa dirugikan). Negosiasi mempunyai beberapa manfaat yaitu untuk mendapatkan atau mencapai kata sepakat, saling pengertian, dan agar masing-masing pihak saling menguntungkan serta untuk dapat mencapai kondisi penyelesaian atau jalan keluar. Selain itu negosiasi mempunyai karakteristik seperti melibatkan orang, baik sebagai individual atau perwakilan organisasi, memiliki ancaman konflik, hampir selalu berbentuk tatap muka, biasanya menyangkut hal-hal dimasa depan atau sesuatu yang belum terjadi dan kita inginkan terjadi dan akhir dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua belah pihak.












DAFTAR PUSTAKA

Lewicki, Roy J.2003. Negotiation. Amerika: The McGrawHill Companies.
Partao, Zainal Abidin M.M. Tekhnik lobi dan diplomasi untuk insan public relations.2006. Jakarta: indeks Gramedia.
Panuju, Redi. Jago lobi dan Negosiasi. 2010. Jakarta: Interprebook.
Purwanto, Djoko. Komunikasi Bisnis. 2003. Jakarta: Erlangga.
Rasyid, Anwar. Dasar-dasar Public Relations. 2011. Pekanbaru: Pusat Pengembangan Universitas Riau.
Tubbs, Stewart L. 1999. Human Communication. Amerika: The McGrawHill Companies.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Negosiasi.
http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2010/04/lobby-dan-negosiasi.html